Jumat, 01 Maret 2013

Persiapan SNMPTN Gue - Cerita KIsah SNMPTN

Persiapan SNMPTN Gue - Cerita KIsah SNMPTN

Persiapan SNMPTN Gue - Cerita KIsah SNMPTN by : Rifqi Hadyan Damas
 Berhubung gue bersikeras ingin mendapatkan jurusan kedokteran di sebuah PTN dan tahun lalu dan kebetulan juga gue kena "seleksi alam" (Baca: kalah duit) ala perguruan swasta terutama untuk mendapatkan jurusan kedokteran, maka gue mengulangnya tahun ini, tahun 2012.

Saat keputusan yang gue ambil itulah timbul banyak pertanyaan dari keluarga gue, saudara-saudara gue, abang-abang bubur yang jual deket rumah gue, dan teman sejawat gue.

"Kenapa harus kedokteran mas?" -Saudara gue, 42thn

"Kedokteran kan mahal mas, kenapa gak coba jurusan lain aja?" -Saudara gue, 48thn

"Bukannya dokter harus ganteng mas?" -Teman gue, 24thn

"Mas, buburnya pake sate gak?" -Abang-abang bubur deket rumah, 45thn


Pertanyaan-pertanyaan inilah yang sungguh rada mengganggu gue (kecuali pertanyaan abang-abang bubur deket rumah gue) karena inilah keputusan gue. Gue pilih jurusan kedokteran karena passion gue. Malahan tertempel stiker di otak gue seperti stiker yang nempel di spakbor motor bertuliskan "KEDOKTERAN ATAU MATI".
          Cobaan gue belum berakhir sampai pertanyaan-pertanyaan tersebut, belum lagi tekanan-tekanan batin yang muncul dari berbagai arah, mulai dari teman-teman gue yang udah beranjak semester dua di perkuliahannya, saudara-saudara seumuran gue yang udah kuliah juga, dan nyokap gue yang selalu nge-"push" gue dengan kekuatan amarah kalo uang bulanan habis. Walaupun demikian gue menjadikan semua itu sebuah motivasi, motivasi yang bisa mengalahkan motivasinya Mario Teguh Golden Ways untuk mendapatkan jurusan yang gue mau, jurusan Blok M Lebak Bulus Kedokteran.
          Awalnya gue mikir bego banget gue mau ngulang setahun untuk mendapatkan jurusan kedokteran ditambah lagi gue akan seangkatan dengan angkatan setahun di bawah gue. Tapi berkat tekanan-tekanan yang gue jadikan motivasi yang gue sebutkan sebelumnya gue yakin bisa meraih jurusan apa yang gue mau di PTN. Gue juga berpikir, banyak orang di luar sana yang gagal model-model kaya gue bisa lebih sukses dari temannya yang mendahuluinya seperti contoh Bill Gates. Dia di DO (Drop Out) dari universitasnya karena mengembangkan suatu proyek yang menurut dia akan berkembang pesat di dunia jika ia kembangkan. Lalu dengan proses yang tidak begitu mudah dan panjang, akhirnya dia menemukan suatu software yang bernama Microsoft yang berkembang luas dan pesat di dunia hingga sekarang. Setelah menemukan software tersebut, sudah pasti dia sukses melebihi dari teman-temannya saat di universitas yang dia tempati dulu sebelum di-DO karena dia adalah seorang yang terkenal karena menciptakan suatu software yang menjadikannya ia seorang bilyoner dunia. Belum lagi kisah Mark Zuckerberg, hampir sama kisahnya seperti Bill Gates, tapi dia menciptakan suatu jejaring sosial terkenal yang biasa disebut orang sunda "pesbuk" (Baca: Facebook). Karena merekalah juga yang bikin gue termotivasi untuk bisa lebih sukses dari teman-teman gue yang mendahului gue.
          Untuk mengulang satu tahun untuk mendapatkan jurusan yang gue inginkan, gue enggak sendirian. Temen gue Bayu blasteran arab yang menurut gue nih pinternya kelewatan yang IQ-nya aja seharga penjualan permen 1 biji di tahun ini (1 permen=200 perak), tapi entah kenapa dia bernasib sama kaya gue. Apakah mungkin dia berteman dengan gue sehingga dia gagal juga untuk mendapatkan jurusan kedokteran di PTN maupun PTS? Gue rasa engga mungkin, soalnya orang yang berteman dengan gue rata-rata bakal lebih ganteng dari gue.
*ehem*
Oke lanjut.
Dia enggak keterima PTN dan kalah "seleksi alam" ala perguruan tinggi swasta untuk keterima di jurusan kedokteran. Harapan dia adalah ingin keterima di jurusan kedokteran di suatu PTN, maka dari itu dia ngulang setahun kaya gue buat dapetin jurusan yang dia inginkan. Banyak kesamaan antara gue dan Bayu. Mulai dari jurusan yang kita mau sampai kesialan yang sama untuk mengejar jurusan kedokteran tahun lalu, bedanya sih cuma satu dia ganteng, gue hampir (hampir ganteng maksudnya). Kita menghabiskan waktu bersama-sama di tempat les tempat kami les (yaiyalah masa maen tamiya) dan kita berdua pun tidak berdua, kita ditemani juga oleh teman-teman dari sekolah lain yang bernasib sama kaya gue dan Bayu, kagak keterima PTN dan mereka pun bertujuan sama kaya gue dan Bayu, menargetkan ingin mendapatkan PTN di jurusan yang kami mau.

Selama pembelajaran gue dari pertama gue les sampe sekarang, banyak pelajaran-pelajaran berharga yang gue baru sadari itu sangatlah berguna dan ternyata kepake di dalam kehidupan sehari-hari gue. Maka dari itu untuk mempermudah daya ingat gue, gue mengaplikasikan semua pelajaran-pelajaran SNMPTN dalam kehidupan sehari-hari.

(SNMPTN = Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri bukan Seleksi Nasional Modal Pasrah Terima Nasib)

Berikut adalah pelajaran-pelajaran SNMPTN yang gue pelajari di tempat les yang gue aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari:


Matematika.

Dalam SNMPTN, pelajaran ini disuruh menghitung sebuah angka yang tidak wajar (menurut gue) untuk mendapatkan hasil yang pasti dan benar, tidak kurang maupun lebih. Setiap gue ngerjain soal matematika ini gue selalu berpikir, apakah benar soal matematika yang gue kerjakan ini beneran soal matematika atau nomor-nomor yang ada di yellow pages yang biasa gue suka iseng telponin satu-satu pake telpon umum waktu kecil. Maka dari itu untuk mempermudah kinerja daya otak gue dalam hitung-menghitung hutang angka, gue mengaplikasikannya ini dalam kehidupan sehari-hari gue. Gue menghitung benda atau apapun yang ada di sekeliling gue misalnya banyaknya mobil, banyaknya mantan temen gue, ataupun banyaknya ketombe di rambut gue. Walaupun kegiatan ini sangatlah tidak penting gue melakukan hal ini agar otak gue terlatih untuk menghitung angka-angka yang tertera di lembaran-lembaran soal yang akan gue kerjakan.
          Apa yang gue lihat adalah yang gue hitung seperti contoh ada sebuah tiang listrik yang kira-kira tingginya 5 meter, gue ukur tuh berapakah jauh pantulan bayangan tiang listrik yang menuju ke gue kalo gue berada 12 meter di depan tiang listrik? Belum lagi misalnya ada kucing piaraan gue lagi mengandung gue itung tuh nanti berapa lama dia mengandung dan berapa jumlah anaknya setelah 6 tahun nanti dan siapa bapaknya kok bisa-bisanya dia menggauli kucing gue?!

Bahasa Indonesia.

Kalo dalam pelajaran ini sungguh sangat banyak manfaat yang gue dapet dari pelajaran ini. Sebelumnya gue awam banget dalam hal tulis menulis, padahal gue sebenernya suka banget nulis. Tapi karena gue gak biasa menulis dengan baku, gue menulis seenaknya aja layaknya kucing piaraan gue boker di suatu tempat di rumah gue. Sekarang gue udah naik satu tingkat dalam hal menulis dari level "awam" menjadi "kagak awam", masih satu tingkat di bawah "lumayan jago". Gue mulai terbiasa dalam ejaan EYD ketika menulis suatu sajak atau suatu cerita pendek (cailah), bagaimana cara menulis sebuah cerita yang baik dan benar, serta terbiasa dalam suatu bacaan yang gue anggap belum baik dalam tatanan bahasanya. Untuk memperlancar skill ini, gue mengaplikasikan pelajaran ini dalam kehidupan sehari-hari gue. Gue menggunakan ilmu yang gue dapet dari pelajaran ini untuk mengoreksi suatu bacaan yang gue anggap belum benar EYD-nya. Kebanyakan tulisan-tulisan yang gue koreksi ini berasal dari koran "Lampu Hijau". Menurut gue (dan semua orang pintar yang membaca koran ini), banyak banget yang salah dalam penulisan headline koran ini seperti:

"Abis Nindih Cewek Buruh Pasir Kabur ke Jakarta. 2 Bulan di Ibukota Kangen si Cewek Lagi. Pas Pulang, Yah Ditangkep"

Ataupun

"Karyawan Punya Penyakit Susah Tidur Biar Bisa Pules Harus Make Ganja. Baru Mau Ngisep, Eh Ketauan Polisi. Suruh Tidur di Penjara Deh...."

dan headline-headline yang lain yang gue gak bisa sebutkan satu persatu karena kalo gue sebutkan satu persatu blog gue akan digrebek FPI.

Maka dari itu gue mengkoreksi semua headline dan artikel-artikel koran tersebut (dan tidak lupa juga menggunting foto-foto syur di koran itu yang akan gue kliping untuk diri gue sendiri). Gue berpikir kalo gue bertindak lebih lanjut seperti melamar di redaksi koran lampu hijau, bisa-bisa gue akan menjadi editor dalam koran "Lampu Hijau" dan bisa aja naik pangkat jadi direktur baru dari koran "Lampu Hijau".

*ngarep nyet*

Bahasa Inggris.

Sebenernya gak terlalu banyak pelajaran yang gue ambil dari tempat les saat belajar pelajaran bahasa Inggris ini karena guru lesnya yang mengajar bahasa Inggris yang berkiblat ke arah English Zimbabwe. Tapi gue tetap mengaplikasian pelajaran ini ke kehidupan sehari-hari. Gue sering membaca artikel-artikel bahasa Inggris untuk meningkatkan skill reading gue karena soal SNMPTN rata-rata berbasis reading atau disebut juga dengan bacaan. Walaupun di soal SNMPTN gak ada pelajaran writing dan speaking, gue tetap melatih kemampuan belajar writing dan speaking bahasa Inggris gue dengan berbicara dalam bahasa Inggris dan menuliskan sajak/lelucon/curhatan ke dalam bahasa Inggris. Walaupun ada (banyak banget) kesalahan dalam grammar atau ejaan bahasa Inggris gue, gue selalu ingat pepatah negeri sebrang yang mengatakan "Belajarlah dari kesalahanmu".

Saking ambisiusnya gue mengaplikasikan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari gue, sampe-sampe pada suatu hari gue iseng ngomong pake bahasa Inggris ke salah satu pelayan gule di suatu tempat di Jakarta Selatan.

Mbak-Mbak Yang Jual Gule: *ngasih gule*
Gue: *ngangguk
Beberapa saat kemudian

Gue: 'Could you give me some chilli?'
Mbak-Mbak Yang Jual Gule: 'Cili? Cililitan?'
Gue: 'No, no, chilli, chilli my food its not spicy.'
Mbak-Mbak Yang Jual Gule: 'Cili opo toh mas?'
Gue: 'Chilli, you dont know chilli, I need chilli for my food.'
Mbak-Mbak Yang Jual Gule: 'CILA CILI CILA CILI, WES SAMPEAN NGOMONG OPO TOH MAAAASSS.. SING KAREPMU WAELAH. AKU CAPEK!!!'

Seketika tempat makan hening sejenak (emang dari tadi hening nyet, wong yang makan cuma gue doang). Tapi ada satu mas-mas sebelah gue penasaran dan bertanya kepada gue 'Mas, mas iseng yah?' Gue mengangguk-ngangguk seperti patung yang ada di pintu masuk hoka-hoka bento kalo digoyang-goyang. Dan tentunya sambil menahan tawa yang ingin meledak dari mulut gue.

Fisika.

Inilah pelajaran yang paling dan sangat gue tidak sukai. Kenapa gue gak sukai? Karena pelajaran inilah yang gue tidak sukai
*digebukin*

Jadi gue paling males ngapalin rumus-rumus yang bercabang seperti rambut wanita pada umumnya walaupun rumus kimia yang sebenarnya lebih sulit dari fisika, tapi pada kenyataannya gue lebih sulit menangkap rumus-rumus fisika daripada rumus kimia. Entah ada faktor masa lalu gue atau faktor-faktor lainnya. Tapi mau gak mau, gue harus mempelajari (dengan paksa) pelajaran ini dan juga menghafal rumus-rumus yang pada akhirnya harus dimasukkan ke dalam elemen soal-soal fisika yang akan gue kerjakan. Kadang saat gue dibikin tercengang saat ngerjain soal-soal fisika yang pada umumnya soal cerita. Gue tercengang karena keajaiban ilmu fisika itu keajaiban yang gue temuin sehari-hari seperti misalnya kenapa saat roller coaster berputar 360 derajat roller coaster itu tidak jatuh, kenapa posisi satelit bisa ber rotasi terhadap bumi, dan lain sebagainya.

Ada kejadian unik (nan bodoh) yang gue alami saat mengaplikasikan pelajaran ini dalam kehidupan sehari-hari. Suatu siang yang sangat panas, melebihi panasnya foto-foto Jessica Alba yang memakai pakaian tipis tembus pandang, saat gue sudah mulai merasa jenuh karena soal-soal fisika yang gue kerjakan, gue pengen membeli es krim Magnum. Karena uang yang tersisa di dompet gue cuma Rp 9000 (Es krim Magnum 1 biji Rp 10.000) , gue pun berinisatif untuk 'hunting' mencari uang untuk mencari duit Rp 1000. Dari kolong tempat tidur gue, di atas lemari, di meja makan, selipan-selipan dari kantong baju sekolah adek gue, sampe grebek-grebek celana dalem punya gue, gue cari uang 1000 itu. Akhirnya dengan penantian dan perjuangan yang sungguh melelahkan, gue menemukan uang Rp 1000 itu di selipan kantong celana yang gue pake pada waktu itu. Uang Rp 1000 yang berbentuk logam. Berhasil mendapatkan uang itu, gue pun kembali ke meja belajar gue untuk mengumpulkan duit-duit itu untuk membeli es krim magnum. Pikiran bodoh gue pun mulai timbul. Iseng gue pengen ngelempar duit logam Rp 1000 yang gue temukan ke arah jendela kamar dengan tujuan untuk mengetahui kecepatan yang dihasilkan koin jika gue lempar dari lantai dua kamar gue menuju keluar jendela kamar gue. Kebetulan rumah gue persis di pinggir jalan umum tempat kendaran lalu lalang. Gue lempar lah itu koin Rp 1000. Berhasil menghitung-hitung kecepatan yang dihasilkan si koin. Gue pun mengecek lagi dari jendela kamar ke tempat koin itu jatuh ke luar jendela kamar gue (di jalan umum depan rumah gue maksudnya), apakah koin tersebut masih ada apa enggak. Ternyata masih ada. Bergegas lah gue turun kebawah untuk mengambil koin tersebut. Sesampainya di bawah di jalan umum tempat koin gue mendarat, kok koinnya enggak ada?! Gue cari-cari dan gue kembali mengingat posisi koin saat mendarat di tempat itu. Usaha gue yang memakan waktu 15 menit itu sia-sia. Gue berasumsi dengan teori ngawur gue, ternyata kecepatan gue untuk mengambil koin itu kalah cepat dibanding seseorang yang lewat di jalan tempat koin gue mendarat untuk mengambil koin Rp 1000 rupiah tadi. Duit itu pun menghilang dan gue pun kagak jadi beli es krim magnum.

Kimia.

Ini salah satu pelajaran yang gue sukai karena di sinilah kekuatan gue dalam membunuh soal-soal SNMPTN ini.
*todong HCL*


Saat gue belajar pelajaran ini, gue di bikin tercengang saat gue belajar di bab kimia lingkungan. Saat bab itu kebetulan lagi bahas tentang uranium dan kekuatannya yang maha dewi dahsyatnya. Sedikit flashback kebelakang saat kota Hiroshima dan Nagasaki di bom atom oleh tentara Amerika Serikat, mereka menggunakan uranium sebagain bahan utama dalam bom atom tersebut. Dan kekuatan uranium tersebut mampu menyalakan listrik 1 rumah, mobil, dan macam-macam transportasi lainnya selama 30 tahun! Kapal perang aja pake uranium buat berlayar. Yakali dia pake bensin buat kapalnya. Masa iya lagi perang ngemper dulu buat ngisi bensin. Tiba-tiba khayalan gue berbisik, ngebayangin gimana andaikan odong-odong pake tenanga uranium. Mungkin aja anak-anak kecil yang naik odong-odong tersebut bakal merasakan pengalaman naik motor atau mobil seperti aslinya layaknya Valentino Rossi atau Fernando Alonso di arena balap. Dengan getaran, kecepatan, dan akselerasi yang dihasilkan uranium untuk odong-odong tersebut anak-anak semakin ketagihan untuk naik odong-odong tersebut dan pastinya abang-abang odong itu bakal menjadi kaya.

Biologi.

Pelajaran ini juga salah satu kekuatan gue dalam mengerjakan soal-soal SNMPTN. Sebagai anak yang berambisi ingin masuk jurusan kedokteran, pelajaran inilah menjadi pelajaran utama dalam mengetahui anatomi tubuh manusia. Maka dari itu gue lebih menekankan pelajaran ini dan berharap pelajaran ini menjadi kunci keberhasilan gue dalam SNMPTN nanti.

Gue jadi tau apa saja makanan-makanan dengan jumlah kalori yang masuk di dalam tubuh, penyakit yang ditimbulkan ketika gue mengonsumsi makanan msg secara terus menerus, dan lain sebagainya. Saat mengetahui semua hal tentang itu, gue berusaha memperbaiki pola makan gue. Siapa tau dengan itu gue bakal bisa menjadi The Next Jason Statham #ngarepnyet

Walaupun gue kadang melakukan hal-hal bodoh tersebut, bukan gue berarti melakukan itu dalam hal tidak berguna. Gue melakukan hal itu demi kelancaran otak gue dalam mencerna dan mengingat pelajaran-pelajaran SNMPTN yang gue pelajarin biar enggak cepet lupa. Pokoknya kelar ujian SNMPTN dan ujian-ujian lainnya gue pengen rajin nge-post lagi di sini.

Harapan gue sih semoga gue bisa tembus fakultas kedokteran di PTN (swasta juga gak apa-apa sih asal kedokteran) dengan usaha gue selama 2 tahun ini. Gue pengen banggain keluarga gue termasuk orang tua gue yang udah repot-repot ngeluarin duit sedemikian banyak buat gue. Doakan aku yah

*dadah-dadah ala benteng takeshi*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar